Kopi Aceh Berpeluang Masuk Pasar Afrika

Komoditi kopi arabika Aceh memiliki peluang besar untuk menembus pasar negara Nigeria dan sejumlah negara Afrika lainnya. Untuk itu, fokus pengembangan ekspor kopi ke depan akan diarahkan ke negara-negara tersebut.
Kopi Aceh Berpeluang Masuk Pasar Afrika
Kopi Aceh Berpeluang Masuk Pasar Afrika
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Aceh, Safwan, Senin (17/3) di sela-sela membuka diseminasi informasi terkait dengan Information trade promotion centre (ITPC) dan Atase Perdagangan (ATDAG) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Republik Indonesia, di Hotel Grand Nanggroe

“Warga negara Nigeria merupakan penikmat kopi dan ini sebuah peluang yang sedang kita jajaki untuk melakukan kegiatan ekspor ke negara tersebut di masa mendatang,” katanya

Ia mengatakan, ke depan fokus pengembangan ekspor kopi Aceh akan diarahkan ke negara Afrika. Sebab, berdasarkan pemaparan Kepala ITPC Lagos, Nigeria, masyarakat di Afrika sama seperti masyarakat Aceh yang sangat mencintai kopi.

Saat ini kata Safwan ada beberapa produsen kopi asal Indonesia yang sudah masuk ke pasar Nigeria seperti, Indofood, Wings, Smart, PT Sindo Muncul, PT Tempo, Wilmar, Indorama, PT Bakrie Plantation, dan Nutrifood.

Acara yang menghadirkan narasumber dari ITPC Lagos, Nigeria, ITPC Barcelona, Spanyol, dan ATDG Bangkok, Thailand itu diikuti oleh para pengusaha, produsen serta eksportir kopi.

Kadis Perindag Aceh, Safwan saat membuka kegiatan tersebut, menekankan   pentingnya pengetahuan dan tata-tata cara dalam kegiatan ekspor ke berbagai negara.

Ia menyebutkan, realisasi ekspor kopi Aceh di tahun 2012 dengan jumlah volume 9.703.360,00 kilogram per tahun dan tahun 2013 terdapat peningkatan jumlah ekspor kopi dengan jumlah volume 10.593.808,00 kilogram.

Karenanya, Safwan berharap, ketiga Atase Perdagangan itu dengan bekerjasama dengan pemerintah daerah siap membantu pemasaran kopi Aceh supaya bisa bersaing di tingkat Internasional.

Menurutnya, dengan kualitas kopi terbaik dunia dan cita rasa yang khas bukan menjadi sebuah hambatan bagi produk unggulan dari provinsi ujung paling barat Indonesia dapat bersaing di pasar negara tersebut.

“Aceh juga memiliki lahan yang cukup luas untuk memproduksi biji kopi berkualitas yang siap tembus pasar ekspor,” katanya.

Karena itu, pihaknya akan menindaklanjuti berbagai informasi yang disampaikan oleh para nara sumber dalam kegiatan deseminasi informasi ITPC/Atdag guna meningkatkan nilai ekspor dan kesejahteraan petani di masa mendatang.

Sementara itu, Kepala ITPC Lagos, Nigeria, Afrika, Pontas Tobing menyebutkan, Afrika merupakan salah satu pasar yang sangat berpotensial untuk para eksportir kopi, dengan jumlah penduduk 180 juta. “Produk berupa processing food, makanan olahan seperti kopi sachet, dan fish product olahan ikan seperti ikan kayu, abon ikan yang diekspor oleh Indonesia ke Nigeria saat ini meningkat signifikan,” kata Pontas.

Menurutnya, total yang diimpor kopi oleh Nigeria sebesar 12,43 juta dolar dan terus meningkat 12% pertahun.

Diseminasi informasi dan ITPC ATDAG juga dihadiri oleh 50 pengusaha kopi dan produsen. Tujuan diseminasi ini untuk memberikan informasi dan peluang pasar ke berbagai negara tujuan ekspor kopi.



Sumber: http://aceh.tribunnews.com/2014/03/18/kopi-aceh-berpeluang-masuk-pasar-afrika

Harga Kopi Dalam Beberapa Bulan ke Depan Bakal Melambung

Kekeringan yang melanda Brasil, salah satu negara produsen kopi dunia ditelah mengerek harga kopi dan akan terus mendorong kenaikan harga di pasar global. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) memprediksi tren kenaikan harga akan berlanjut hingga enam bulan ke depan.

Pranoto Soenarto, Ketua Kompartemen Industri dan Spesialti Kopi AEKI menuturkan, dalam tiga pekan terakhir harga kopi naik cukup signifikan gara-gara kondisi di Brazil  tersebut. Kenaikan harga kopi itu terjadi baik untuk jenis kopi arabika maupun kopi robusta. "Naiknya harga kopi internasional juga berpengaruh pada harga kopi Indonesia," jelasnya kepada KONTAN Senin (10/3/2014).

Pranoto bilang, saat ini harga kopi arabika ada di kisaran US$ 4 per kilogram (kg), naik 81,8% ketimbang tiga pekan lalu yang ada di kisaran US$ 2,2 per kg. Sedangkan harga kopi robusta saat ini ada di kisaran US$ 2,1 per kg, naik 31,25% dari tiga pekan yang lalu yang ada di kisaran US$ 1,6 per kg.

Pranoto memperkirakan, dalam enam bulan ke depan harga kopi arabika akan mencapai US$ 5 per kg. Sementara untuk harga kopi robusta diprediksi bakal terkerek ke kisaran US$ 2,5 per kg.
ESPRESSO yang keluar hasilnya terdiri dari crema di lapisan atasnya dan kopi cair di bagian bawahnya
ESPRESSO yang keluar hasilnya terdiri dari crema di lapisan atasnya dan
kopi cair di bagian bawahnya

Saimi Saleh, Presiden Direktur PT Indokom Citra Persada bilang, fluktuasi harga kopi sangat dipengaruhi oleh hasil panen di negara produsen kopi dunia. Selain itu kondisi ekonomi global seperti adanya perlambatan ekonomi di Eropa dan Amerika juga turut berpengaruh terhadap permintaan kopi.

Seperti dikutip Bloomberg pekan lalu, cuaca kering dan panas melanda Brasil yang  merupakan salah satu sentra produksi kopi pada Januari hingga Februari lalu. Kondisi  tersebut diperkirakan bakal berdampak pada produksi kopi dunia di dua tahun ini, yaitu 2014 - 2015.

Mengenai Indonesia sendiri, menurut data Kementerian Pertanian, realisasi produksi kopi 2013 mencapai 670.000 ton, naik 1,97% dari 657.000 ton di tahun 2012. Sementara itu, secara global produksi kopi dunia untuk periode 2013-2014 sekitar 526,77 juta ton, turun dari periode 2012-2013 sekitar 542,56 juta ton.

Tahun ini AEKI memperkirakan produksi biji kopi nasional sekitar 480.000-500.000 ton. Jenis produksi kopi Indonesia ini terdiri dari 75% merupakan jenis kopi robusta, dan sekitar 25% kopi arabika. Sementara itu, ekspor kopi Indonesia tahun ini diperkirakan sama seperti tahun lalu yang sekitar 400.000 ton.

Selama ini Indonesia mengekspor kopi ke lebih dari 80 negara. Diantaranya, Jerman, Amerika Serikat, Jepang, Belgia, Italia, Inggris, Afrika, Timur Tengah, dan negara-negara ASEAN seperti Filipina, Malaysia dan Singapura.


Sumber:
http://aceh.tribunnews.com/2014/03/11/hingga-beberapa-bulan-ke-depan-harga-kopi-bakal-melambung

Jenis-Jenis Kopi di Indonesia

Kopi arabika.
Penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arabia. Jenis kopi ini oleh Gubernur Jenderal Belanda di Malabar dikirim juga ke Batavia pada tahun 1696. Karena tanaman ini kemudian mati oleh banjir, pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat, akhirnya menyebar ke berbagai bagian di kepulauan Indonesia (Gandul, 2010).
Sekitar satu abad kopi arabika telah berkembang sebagai tanaman rakyat. Perkebunan kopi pertama diusahakan di Jawa Tengah (Semarang dan Kedu) pada awal abad ke-19, sedang perkebunan kopi di Jawa Timur (Kediri dan Malang) baru dibuka pada abad ke-19, dan di Besuki bahkan baru pada akhir tahun 1900an. Hampir dua abad kopi arabika menjadi satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia. Budidaya kopi arabika ini mengalami kemunduran karena serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1876. Kopi arabika hanya bisa bertahan di daerah-daerah tinggi (1000 m ke atas), di mana serangan penyakit ini tidak begitu hebat.

Kopi robusta.
Kopi Robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1900 (Gandul, 2010). Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh lebih tinggi. Oleh karena itu kopi ini cepat berkembang, dan mendesak kopi-kopi lainnya. Saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi Robusta.

Kopi spesial Indonesia.
Di dunia termasuk di Indonesia dikenal kopi khas yang citarasanya khas. Contoh kopi tersebut di Indonesia antara lain kopi lintong, kopi toraja dan lainnya, yang umumnya adalah jenis kopi arabika. Secara historis dikenal juga kopi luwak yang sangat terkenal citarasanya karena cara panen dan prosesnya yang melalui hewan luwak.

Budidaya Tanaman Kopi Arabika

I. Pendahuluan

Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup menggembirakan karena mempunyai nilai ekonomis yang relative tinggi di pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat.
Tanaman kopi jenis arabika sat ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83 U$D/Kg.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan harga kopi Robusta di pasaran dunia antara lain :

  • Kelangkaan pasok jenis kopi Arabika.
  • Kopi robusta mengalami over supply.
  • Penggunaan kopi Robusta semakin tinggi.
  • Situasi pasaran dunia untuk jenis Robusta menurun sehingga ICO melakukan pemotongan kuota sebanyak 2 kali lipat dalam setahun.
Kopi Gayo, Ateng Janda
Kopi Gayo, Ateng Janda
http://winiardi.blogspot.com/2013/04/menjual-bibit-kopi-dan-tanaman-hias.html

Dari hal tersebut perlu adanya usaha pemilihan jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomis dan rasa yang relatif baik serta yang tahan terhadap penyakit karat daun.
Usaha untuk merebut peluang pasar kopi antara lain dengan Pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi kopi Arabika.

II. Pengertian

1. Peremajaan
Peremajaan adalah usaha menggantikan tanaman yang secara ekonomis tidak menguntungkan lagi karena produktivitasnya rendah sehingga perlu diganti dengan yang baru dan dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.
2. Perluasan
Kegiatan perluasan adalah menanam tanaman kopi di areal baru yang lingkungannya sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi.
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi kebun adalah kegiatan untuk memulihkan kondisi kebun ke keadaan yang lebih baik, sehingga produktivitasnya meningkat. Rehabilitasi tanaman ditujukan pada populasi tanaman yang telah berkurang karena kesalahan kultur teknis, serangan hama dan penyakit serta kekeringan yang akan akan mengakibatkan produktivitas tanaman per hektar rendah atau tidak menguntungkan untuk diusahakan.

III. Budidaya Tanaman Kopi Arabika

Pada dasarnya untuk usahatani dan budidaya kopi arabika melalui kegiatan Perluasan, Peremajaan dan Rehabilitasi adalah sama seperti pada kegiatan penanaman baru, yaitu :
1. Syarat Tumbuh
a. Lokasi
Letaknyas terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter.
Lahan bebas hama dan penyakit
Mudah pengawasan

b. Tanah
PH tanah : 5,5 – 6,5
Top Soil : Minimal 2 %.
Strukrur tanah : Subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm.

c. Iklim
Tinggi tempat : 800 – 2000 m dpl
Suhu : 15º C – 25º C.
Curah hujan : 1.750 – 3000 mm/thn, Bulan kering 3 bulan

2. Bahan Tanaman
Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan Bibit Siap Salur dengan kriteria sebagai berikut :
Sumber benih
  1. Benih harus berasal dari kebun induk atau perusahaan yang telah ditunjuk.
  2. Umur bibit : 8 -12 bulan
  3. Tinggi : 20 -40 cm
  4. Jumlah minimal daun tua : 5 – 7
  5. Jumlah cabang primer : 1
  6. Diameter batang : 5 – 6 cm

Kebutuhan bibit/ha
  1. Jarak tanam : 1,25 m x 1,25 m
  2. Populasi : 6.400 tanaman
  3. Untuk sulaman : 25 %

3. Penanaman
a. Jarak Tanam
Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :
  1. Segi empat : 2,5 x 2,5 m
  2. Pagar : 1,5 x 1,5 m
  3. Pagar ganda : 1,5 x 1,5 x 3 cm

b. Lobang Tanam
  1. Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.
  2. Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.
  3. Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.
  4. Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.
  5. 2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan kembali ke dalam lubang.
  6. Tanah urugan jangan dipadatkan.

c. Penanaman
  1. Penanaman dilakukan pada musim hujan
  2. Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.
Kopi Gayo, Ateng Super
Kopi Gayo, Ateng Super
http://winiardi.blogspot.com/2013/04/menjual-bibit-kopi-dan-tanaman-hias.html


4. Pemeliharaan
a. Penyiangan
  1. Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi.
  2. Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah
  3. Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 x setahun

b. Pohon Pelindung
Penanaman pohon pelindung
  1. Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis.
  2. Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada.
  3. Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dll.

 Pengaturan pohon pelindung
  1. Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi
  2. Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan.
  3. Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.

c. Pemangkasan Kopi
Pangkasan Bentuk
  1. Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m
  2. Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas
  3. Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan

Pangkasan Produksi
  1. Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.
  2. Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak menghasilkan buah.
  3. Pembuanagn cabang-cabang yang terserang hama penyakit.
  4. Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal musim hujan.

Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)
  1. Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah turun menurun
  2. Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggio 40 – 50 cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal.
  3. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk
  4. Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1 -2 tunas yang pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.
  5. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan produksinya tinggi.


5. Pemupukan
Dosis pemupukan kopi per pohon adalah :
  1. Umur 1 tahun : 50 gr Urea, 40 gr TSP, dan 40 gr KCL.
  2. Umur 2 tahun : 100 gr Urea, 80 gr TSP, dan 80  gr KCL.
  3. Umur 3 tahun : 150 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.
  4. Umur 4 tahun : 200 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.
  5. Umur 5-10 tahun : 300 gr Urea, 150 gr TSP, dan 240 gr KCL.
  6. Umur 10 thn keatas : 500 gr Urea, 200 gr TSP, dan 320 gr KCL.


Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan masing-masing setengah dosis. Cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon sedalam ± 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon (± 1 m)

6. Pengendalian Hama Penyakit
a. Hama
Hama Bubuk Buah
  • Penyebab adalah sejenis kumbang kecil
  • Menyerang buah muda dan tua
  • Pengendalian dengan mekanis yaitu dengan mengumpulkan buah-buah yang terserang, secara kultur teknis dengan penjarangan naungan dan tanaman sedangkan secara chemis dengan Insektisida Dimecron 50 SCW, Tamaron, Argothion, Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.

Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus)
  • Menyerang/menggerek cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi.
  • Daun menjadi kuning dan rontok kemudian cabang akan mongering.
  • Pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah.

b. Penyakit
Penyakit Karat Daun
  • Penyebab adalah sejenis Cendawan.
  • Tanda serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam kering dan kualitas tidak baik selanjutnya tanaman akan mati.
  • Pengendalian secara kultur teknis dengan menanam jenis kopi arabika yang tahan sepertio S 333, S 288 dan S 795 serta menjaga agar kondisi FungisidaDithane M-45 dengan dosis 2 gr/liter air.

c. Panen
  • Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 4 tahun.
  • Petik buah yang betul masak dengan warna merah, tua agar menghasilkan kopi yang berkualitas.
  • Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting) yang rusak.



Sumber: http://asmacs.wordpress.com/budidaya-tanaman-kopi

Manfaat Tanaman Pelindung pada Budidaya Kopi

Tanaman kopi (Coffea sp. ) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada berbagai daerah dengan berbagai ketinggian tempat. Untuk daerah dataran rendah sampai menengah dapat diusahakan jenis kopi robusta sedang pada derah dataran tinggi digunakan jenis kopi arabika.

Dalam budidayanya, tanaman kopi memerlukan tanaman pelindung untuk mengurangi intensitas matahari yang sampai di kanopi daun, karena tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik apabila diusahakan pada areal yang terbuka. Berbagai jenis tanaman pelindung telah banyak dikenal oleh pekebun kopi, diantaranya adalah: tanaman gamal, lamtoro, dadap, suren dan lain sebagainya.

Tanaman kopi juga dapat digunakan sebagai tanaman sela diantara tanaman tahunan lainnya yang dapat difungsikan sebagai tanaman pelindung seperti kayumanis, karet, kelapa, damar, belimbing, keluwak dan lain-lainnya dengan mengatur jarak dan sistem tanam yang akan digunakan untuk menanam tanaman kopi (Gambar 1.).
Gambar 1. Polatanam Keluwak + kopi (A), belimbing + kopi (B) dan damar + kopi (C)
Gambar 1. Polatanam Keluwak + kopi (A), belimbing + kopi (B) dan damar + kopi (C)

Respon pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi terhadap tanaman pelindung ini sangat nyata. Pada pertanaman kopi yang diusahakan di tempat terbuka tanpa menggunakan tanaman pelindung pertumbuhannya akan sangat lambat, warna daunnya kekuningan, tanaman cenderung tumbuh kerdil yang ditandai dengan semakin pendeknya panjang antar cabang produktif, pembungaan lebih lambat, produksinya juga akan lebih rendah karena cabang produksinya lebih pendek jika dibanding dengan tanaman kopi yang budidayanya menggunakan tanaman pelindung.

Sebaliknya, apabila tanaman pelindungnya terlalu rimbun tanaman kopi akan mengalami pertumbuhan yang kurang baik yang ditandai dengan daun berwarna hijau gelap, melebar dan lebih tipis dengan jumlah daunnya juga berkurang (Gambar 2).

Oleh karena itu dalam budidaya tanaman kopi penggunaan tanaman pelindung yang sesuai dengan kebutuhan sinar matahari untuk tanaman kopi sangat diperlukan sehingga diperoleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik.
Gambar2. Tanaman kopi tanpa pelindung (A), dengan pelindung (B), pelindung terlalu rapat (C)
Gambar2. Tanaman kopi tanpa pelindung (A), dengan pelindung (B), pelindung terlalu rapat (C)

Hasil observasi terhadap parameter vegetatif tanaman kopi Kartika-1 umur 10 bulan setelah tanam yang ditanam dengan menggunakan tanaman pelindung dan pada lahan terbuka/tanpa pelindung disajikan dalam Tabel 1, berikut.
Tabel Rataan Pertumbuhan vegetatif tanaman kopi Kartika-1 yang ditanam dengan menggunakan pelindung dan ditempat terbuka tanpa pelindung
Tabel Rataan Pertumbuhan vegetatif tanaman kopi Kartika-1
yang ditanam dengan menggunakan pelindung dan
ditempat terbuka tanpa pelindung


Dari Gambar 2 dan Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa parameter vegetatif tanaman kopi Kartika-1 yang diusahakan dengan menggunakan tanaman pelindung menampilkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dan lebih seragam dibanding dengan tanaman kopi tanpa tanaman pelindung.

Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik di dalam budidaya tanaman kopi, penggunaan tanaman pelindung sangat diperlukan.

(Dibyo Pranowo/Peneliti Balittri).

Teknik Konversi Kopi Robusta ke Arabika pada Lahan yang Sesuai

Benih menjadi pintu gerbang (entry point) utama suatu kehidupan, termasuk bagi kehidupan tanaman. Perannya menjadi lebih strategis bagi tanaman perkebunan yang berumur panjang dan sifat usahanya tahunan. Kesalahan penanaman akibat penggunaan benih yang tidak unggul, akibatnya akan dirasakan selama puluhan tahun. Produktivitas tanaman rendah, masa pengembalian investasi sangat lambat, dan tingkat keuntungan usaha menjadi lebih rendah. Padahal tiga kriteria tersebut menjadi pertimbangan utama bagi usaha di bidang perkebunan, selain aspek sosial dan lingkungan.

Produksi kopi Indonesia pada 2011 mencapai 709.000 ton dari areal seluas 1,3 juta hektar, dimana sebanyak 68% dari total produksi tersebut diekspor keluar negeri, sehingga kopi merupakan salah satu komoditi andalan perkebunan yang mempunyai peran sebagai penghasil devisa negara. Dari luasan 1,3 juta hektar tersebut, seluas 1,01 juta hektar (77,69%)  merupakan pertanaman kopi robusta, sedangkan seluas 290.000 hektar (22,31%) merupakan pertanaman kopi arabika.

Dengan komposisi luasan pertanaman kopi seperti itu, produk kopi Indonesia terkendala dalam persaingan di pasar internasional, mengingat fenomena 70% konsumsi kopi dunia dikuasai kopi jenis arabika, adapun sisanya 30% merupakan konsumsi kopi jenis robusta. Disamping itu kopi arabika mempunyai harga jual yang lebih tinggi daripada kopi robusta, maka untuk meningkatkan nilai pendapatan devisa maupun meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar internasional adalah dengan jalan meningkatkan proporsi produksi kopi arabika.

Salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi kopi arabika adalah dengan cara ektensifikasi.  Tetapi dikarenakan cara ekstensifikasi pada lahan-lahan baru sulit dilakukan, mengingat kopi jenis ini hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal di dataran tinggi dengan kisaran 1.000 meter dari permukaan laut, sedangkan lahan seperti itu di Indonesia umumnya merupakan lahan kehutanan yang tidak bisa dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan, maka cara ekstensifikasi yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah dengan melakukan konversi kopi robusta ke arabika pada lahan-lahan yang sesuai.

Data yang dirilis Ditjenbun (2012) menunjukkan bahwa sebanyak ± 60% dari luasan perkebunan kopi di Indonesia saat ini telah berumur diatas 25 tahun yang sudah kurang produktif, sehingga sudah saatnya dilakukan rehabilitasi peremajaan. Dimana pada pertanaman kopi yang perlu direhabilitasi tersebut didominasi oleh pertanaman kopi robusta, maka rehabilitasi pada lahan-lahan yang sesuai untuk budidaya kopi arabika dapat dilakukan dengan cara konversi kopi robusta menjadi kopi arabika, dikarenakan banyak petani pada umumnya masih mengusahakan tanaman kopi secara bercampur antara kopi arabika dan robusta pada lahan-lahan yang sesuai untuk budidaya kopi arabika. Seperti halnya yang terjadi di pertanaman kopi rakyat di Kabupaten Bangli, Propinsi Bali, dimana sekitar 40% tanaman kopi robusta ditanam pada lahan-lahan yang sesuai untuk budidaya kopi arabika.

Kasus penanaman kopi robusta yang dilakukan pada lahan-lahan yang sesuai untuk kopi arabika pada pertanaman kopi rakyat di Kabupaten Bangli, tentu juga terjadi pada pertanaman kopi rakyat di daerah lainnya di Indonesia, mengingat bahwa sekitar 96% perkebunan kopi di Indonesia merupakan perkebunan rakyat yang umumnya belum menerapkan teknik budidaya yang benar. Oleh karena itu, rehabilitasi pada pertanaman kopi dengan kondisi demikian lebih tepat dilakukan dengan cara konversi tanaman kopi robusta menjadi kopi arabika, mengingat kondisi agroekologinya yang sesuai untuk pertumbuhan kopi arabika.

Dalam konversi tanaman kopi robusta menjadi kopi arabika dilakukan dengan teknik sambung, dimana tanaman kopi robusta berlaku sebagai batang bawah, adapun batang atas adalah kopi arabika varietas unggul. Pelaksanaan teknik sambungan di lapangan dilakukan  dengan menggunakan metode siwingan, yaitu dengan memangkas separuh bagian tajuk kopi robusta diatas sambungan. Metode ini selain dapat mendorong pertumbuhan sambungan lebih sehat, juga masih dapat diperoleh hasil panen dari kopi robusta hingga 55%. Dengan metode konversi ini juga mudah dilakukan penggantian jenis klon batang atas bila didapatkan klon-klon baru yang lebih unggul pada masa yang akan datang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Rubiyo dan Suharyanto (2007) mengenai konversi kopi robusta menjadi kopi arabika pada perkebunan kopi rakyat di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali, mendapatkan bahwa:

Penerapan teknologi rehabilitasi konversi kopi robusta menjadi kopi arabika dengan teknik sambung memberikan dampak perubahan tidak saja pada aspek produksi dan pendapatan petani, tetapi juga memberikan dampak pada struktur biaya usahatani termasuk struktur tenaga kerja.
Penerapan teknologi telah meningkatkan biaya input usahatani hingga 69,93%, adapun terhadap produktivitas usahatani peningkatannya
lebih rendah yaitu 59,17%.  Walaupun demikian pendapatan usahatani meningkat sekitar 142,54% dikarenakan faktor harga output yang kondusif, dimana harga kopi arabika jauh lebih mahal dibandingkan kopi robusta.

Selain di Propinsi Bali, teknik rehabilitasi konversi ini telah diterapkan pada perkebunan kopi rakyat di Propinsi Aceh, Lampung dan Nusa Tenggara Timur, diharapkan kedepan penerapan teknik ini dapat juga  menjangkau perkebunan-perkebunan kopi rakyat di propinsi lain, sehingga lambat laun dapat meningkatkan proporsi luasan maupun produksi kopi arabika di Indonesia. Seperti diketahui dari empat negara produsen utama kopi dunia, dimana Indonesia  berada di urutan keempat produsen terbesar  setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia, selama ini hanya Indonesia dan Vietnam yang dominan menghasilkan kopi robusta, adapun produksi kopi Brazil didominasi oleh kopi arabika yang mencapai 76%, bahkan produksi kopi arabika Kolumbia mencapai 98%, bandingkan dengan Indonesia yang pada tahun 2011 hanya memproduksi kopi arabika sebanyak 22%.

Walaupun produksi kopi arabika Vietnam pada tahun 2011 masih sekitar 5%, tetapi saat ini Vietnam telah melakukan program yang agresif dan terarah dalam konversi tanaman kopi robusta ke kopi arabika, sehingga sebagai pesaing Indonesia jangan terlena dan harus mencermati langkah Vietnam tersebut.  Dukungan pemerintah Vietnam sangat nyata bagi peningkatan areal dan produktivitas kopi arabika, dimana selama ini keberhasilan Vietnam dalam pengembangan kopi mendapat dukungan penuh pemerintah seperti membangun jalan-jalan di sentra produksi kopi untuk memperlancar transfortasi hasil panen serta pembangunan fasilitas prasarana dan sarana lainnya, yang menunjang pengembangan kopi, begitupun peningkatan dana penelitian, penyuluhan maupun bantuan kredit bagi petani, sehingga Vietnam yang beberapa tahun lalu sama sekali tidak terdengar soal kopinya namun berkat dukungan pemerintahnya dengan demikian gencar menjadikan produksi kopi Vietnam menjadi hebat, nampaknya dalam hal ini Indonesia perlu belajar dari Negara Vietnam.

Diharapkan keberhasilan teknologi rehabilitasi konversi kopi robusta menjadi kopi arabika dengan tanpa harus membongkar tanaman kopi robusta yang sudah tua, dapat juga berhasil meningkatkan daya saing kopi Indonesia terutama kopi arabika  di pasar internasional, mengingat kopi arabika asal Indonesia sudah memiliki reputasi baik di pasar internasional sebagai kopi spesialti yang bercitarasa tinggi, yang akan berdampak positif pada peningkatan pendapatan petani, peningkatan nilai devisa serta peningkatan perekonomian Indonesia (Rubiyo, Bambang E.T. dan Juniaty Towaha/BALITTRI).

Daftar 10 Kopi Termahal di Dunia

Kenikmatan secangkir kopi bagi penikmatnya tak tergantikan dengan apapun. Minuman yang berasal dari biji ini bisa dinikmati kala santai maupun pada acara-acara resmi. Minat yang sedemikian besar terhadap minuman ini, membuat banyak usaha minuman kopi berdiri. Mulai dari kedai biasa hingga kafe berkelas.
Bahan baku biji kopi pun beraneka ragam. Kondisi tanah, bibit menjadi penentu kenikmatan secangkir kopi. Tumbuhan ini pun banyak dipelihara negara-negara terutama yang beriklim tropis. Indonesia termasuk negara yang menjadi produsen kopi dunia.
Biji Kopi yang telah dimakan oleh Luak
Biji Kopi yang telah dimakan oleh Luak

Bahkan, kopi termahal di dunia berasal dari Indonesia. Kopi luwak namanya. Selain Indonesia masih ada negara lain yang menjadi penghasil kopi termahal di dunia. Mengutip laman the richest.org, berikut 10 kopi termahal di dunia dan negara asalnya, Sabtu (20/7/2013):

1. Kopi Luwak dari Indonesia
Kopi Luwak, layak menempati posisi nomor satu dari 10 kopi termahal di dunia. Bukan hanya karena harga yang sangat mahal, tetapi proses produksinya yang tidak umum. Keunikannya terletak, selain berasal dari biji kopi tapi juga telah dikonsumsi hewan yang bernama luwak. Sebelum dapat diproduksi, biji kopi harus terlebih dahulu melewati sistem pencernaan luwak. Dari sana, produksi dapat dimulai. Harga kopi  ini sangat mahal, mencapai US$ 160 per pon, dan menjadi yang paling ekstrim di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, Anda akan menemukan sebuah kedai kopi yang menjual kopi luwak. Coba saja cicipi, dijamin Anda mungkin tidak akan menemukan jenis lain dari kopi mahal selain Kopi Luwak.
Luak sedang memilih biji kopi yang akan dimakan
Luak sedang memilih biji kopi yang akan dimakan
Luak sedang memilih biji kopi yang akan dimakan
Luak sedang memilih biji kopi yang akan dimakan


2. Kopi Hacienda La Esmeralda dari Boquete, Panama
Hacienda La Esmeralda merupakan kopi yang ditanam khusus di Boquete, Panama. Penikmat kopi di dunia menyukai  kopi jenis ini karena rasanya yang unik. Kopi ini sebagian besar dibudidayakan di bawah pohon jambu tua. Jika Anda ingin dapat mencoba La Esmeralda kopi Hacienda, bersiaplah untuk membayar minimal US$ 104 per pon.

3. Kopi Pulau St Helena dari St Helena
Pulau St Helena terletak sekitar 1.200 kilometer dari pantai Afrika. Di wilayah ini Anda akan menemukan budidaya kopi St Helena. Popularitas kopi ini terangkat berkat Napoleon Bonaparte, yang mengenalkan dan menaburkan sendiri benih kopi ini di Pulau St Helena.  Jika Anda mampu merogoh kocek US$ 79 per pon untuk secangkir kopi ini maka nikmatilah.

4. Kopi El Injerto dari Huehuetenango, Guatemala
El Injerto adalah jenis kopi yang berasal dari Huehuetenango, wilayah Guatemala. Pada tahun 2006, kopi ini berhasil menyabet Piala Excellence of Grand Prize. Kopi El Injerto, meskipun hanya masuk daftar keempat sebagai kopi termahal di dunia, namun Anda tetap harus mengeluarkan uang harga yang besar untuk mencicipi rasanya, yakni sebesar US$ 50 per pon.

5. Kopi Fazenda Santa Ines dari Minas Gerais, Brasil
Untuk harga sekitar $ 50 per pon, kopi Fazenda Santa Ines masuk sebagai salah satu produk kopi termahal di seluruh dunia. Kopi ini diproduksi dari Brasil, khususnya daerah bernama Minas Geraiz, di mana tanaman ini tumbuh, dibesarkan, dan dibudidayakan. Pertanian yang memproduksi kopi Fazenda Santa Ines cukup mengesankan, karena kopi ini masih tumbuh dengan cara tradisional. Tidak ada proses otomatis apapun yang terlibat. Ketika diminta untuk menggambarkan bagaimana rasanya, orang secara otomatis akan mengatakan kopi ini terasa seperti manisnya buah dan karamel.

6. Kopi Blue Mountain dari Wallenford Estate, Jamaika
Kopi The Blue Mountain, sesuai namanya tumbuh di pegunungan Blue Jamaika. Kopi ini dikenal karena tingkat kepahitan yang rendah dan ringan rasanya. Selama dekade terakhir, kopi mampu mengembangkan reputasinya sebagai salah satu komoditas yang paling dicari, meskipun sangat mahal di dunia. Lebih dari 80% kopi ini diekspor ke Jepang. Jika Anda mau mengeluarkan US$ 49 per pon, Anda bisa menikmati secangkir kopi Blue Mountain.

7. Kopi Los Planes dari Citala, El Salvador
Los Planes adalah jenis kopi yang ditanam di Citala, El Salvador. Pada Piala Excellence of Grand Prize pada 2006, ia menerima posisi kedua, dengan tempat pertama dipegang kopi El Injerto. Harga US$ 40 per pon untuk kopi memang cukup mahal, tapi pasti ada sesuatu yang dapat mengubah persepsi Anda tentang kopi ini.

8. Kopi Hawaii Kona dari Hawaii
Kopi The Hawaiin Kona adalah nama untuk kopi komersial yang dibudidayakan dan tumbuh di Mauna Loa dan lereng Hualalai itu. Wilayah ini terletak di Selatan dan Utara Kona Pulau Hawaii. Hanya kopi yang  berasal dari kabupaten ini dapat disebut sebagai Kona. Kopi Hawaii Kona dikenal dengan rasanya yang nyaman, yang dapat Anda nikmati seharga US$ 34 per pon.

9. Kopi Starbucks Rwanda Blue Bourbon dari Gatare/Karengera, Rwanda
Starbucks Rwanda Blue Bourbon pada dasarnya adalah jenis biji kopi yang dapat ditemukan di Gatare dan Karengara, Rwanda. Starbucks memperkenalkan kopi ini ke negara lain ketika perusahaan mengunjungi stasiun pencucian kopi Rwanda  pada tahun 2004. Saat ini, Blue Bourbon menjadi tanaman kopi utama petani di Rwanda. Harga kopi ini mencapai US$ 24 per pon.

10. Kopi Yauco Selecto AA dari Puerto Rico
Dibudidayakan di Puerto Rico Yauco Area, kopi Yauco Selecto AA adalah kopi yang dijual seharga US$ 24 per pon. Rasa ringan dan kelezatan kopi ini bisa dinikmati pecinta kopi dari seluruh dunia, terutama mereka yang memiliki uang bisa ketagihan. Popularitas kopi ini telah membengkak warga di Puerto Rico.